1 9. Repotnya Soekarno beristri banyak
Hingga
saat ini, Bung Karno adalah satu-satunya presiden Indonesia yang berpoligami.
Ternyata, ada kisah menarik tentang Bung Karno yang beristri banyak itu. Punya
istri banyak dan cemburuan tentu membuat Bung Karno pusing. Terkadang, Bung
Karno terpaksa main kucing-kucingan dengan para istrinya.
Ketika
Bung Karno menikah dengan Hartini, Fatmawati marah dan keluar dari istana.
Istri kedua Bung Karno ini memilih tinggal di Kebayoran Baru. Hartini pun
akhirnya tidak tinggal di istana, melainkan di paviliun Istana Bogor. Lalu,
setelah menikah dengan Dewi Soekarno, wanita Jepang ini ditempatkan di Wisma Yasoo,
Jl Gatot Subroto. Sementara istri lainnya, Haryati, ”ditaruh” di kawasan Slipi,
Jakarta Barat.
Banyak kisah lucu soal poligami Bung
Karno. Misalnya, soal surat. Karena sibuk, Bung karno tidak sempat menulis
surat untuk masing-masing istrinya. Maka, ia menyuruh juru tulis istana untuk
mengetikkan surat cinta bagi istrinya. Tetapi, betapa kagetnya Bung karno saat
mendapati surat cinta itu diketik di atas kertas berkop kepresidenan resmi,
lengkap dengan logo burung garuda dan cap kepresidenan. Bukan itu saja, di
pengirim bukan ditulis sebagai “mas” atau “soekarno”, tetapi “Paduka Yang Mulia
Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno”.
Nah, akibat banyak istri ini, para
ajudan pun jadi punya tugas tambahan. Salah seorang ajudan Bung Karno, Bambang
Widjanarko, menceritakan semua kerepotan ini. Para istri Bung Karno ini selalu
curiga kemana Bung Karno pergi setelah jam dinas usai. Apakah menemui istrinya
yang lain? Ke rumah si A, si B atau si C? Para ajudan Bung Karno pun harus
berbohong demi menyelamatkan bos mereka.
“Kami
para ajudannya harus membantu dan mengamankan setiap timbul persoalan. Kalau
perlu harus berbohong, apabila ibu yang satu bertanya apakah Bung Karno bertemu
dengan ibu yang lainnya,” kata Bambang Widjanarko dalam buku Sewindu Dekat Bung
Karno (Kepustakaan Populer Gramedia).
Jika
Bung karno bertanya,”Apakah aku sudah rapi?”, maka rapi itu artinya bersih dari
bekas lipstik dan wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan pun harus ekstra
teliti memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Bung Karno akan pulang
dulu ke istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian. Pernah suatu saat,
Haryati mendengar bung Karno sedang menemui istrinya yang lain. Ia pun marah
dan hendak menyusul ke tempat acara. Bung Karno yang mendapat laporan
memerintahkan bagaimana dan apa pun caranya, Haryati tak boleh meninggalkan
Slipi. Maka, “operasi sabotase” pun digelar. Awalnya, sopir Haryati
berpura-pura mobilnya mogok. Haryati yang murka meminta agar dikirimi mobil dari
istana. Tapi, berjam-jam mobil itu tidak juga datang. Saat sopir sudah berhasil
menyalakan mobil yang tadi mogok,s ebuah truk tiba-tiba mogok di depan
rumahnya. Mobil Haryati pun tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini
berlangsung sukses dan lancar.
Inilah
lain dari sosok Bung Karno. Repot memang punya banyak istri yang pencemburu.
10. Soekarno anti pada minuman beralkohol
Sisi
lain berikutnya dari sosok Bung Karno yang mungkin belum Anda ketahui adalah
anti pada minuman beralkohol. Apa pun jenis minuman itu, jika mengandung
alkohol, Bung Karno tidak mau menyentuhnya, apalagi meminumnya. Seperti kita
ketahui, Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Bung Karno, dikenal memiliki
pergaulan internasional yang luas. Bung Karno gemar pesta, musik, dan dansa.
Namun, satu prinsip yang dipegangnya sebagai seorang Muslim adalah pantang
minum alkohol, dimana pun, dalam acara apa pun.
“Bung karno tidak pernah minum alkohol.
Apa pun minumannya,” ujar ajudan presiden Soekarno, Bambang Widjanarko
sebagaimana dikutip merdeka.com.
“Kalau dalam suatu resepsi resmi
dihadirkan champange atau anggur (wine), khusus bagi Bung Karno disediakan air
jeruk,” ujar perwira marinir yang delapan tahun mendampingi Bung Karno ini.
Walau berada dalam nightclub di luar negeri dan dijamu oleh presiden negara
lain, Bung Karno tetap tidak mau minum alkohol.
Pada tahun 1950-an, Bung Karno diajak
oleh Presiden Tito dari Yugoslavia untuk menghadiri ramah tamah di nightclub
Hotel Mertopole Beograd. “Seperti biasa, Bung Karno hanya minta air jeruk. Dia
memang tidak pernah minum alkohol,” kenang Bambang. Pada pagi hari, Bung Karno
selalu minum kopi. Ia hanya makan roti yang diolesi sedikit mentega dan gula.
Sebagaimana kebiasaanya di Indonesia, pada sore hari, Bung Karno selalu minum
teh. Selebihnya, hanya minum air putih.
Saat
minum kopi pagi di istana inilah yang selalu seru. Bung Karno selalu mengajak
seluruh ajudan maupun pegawai istana untuk sarapan bersama. Suasana penuh canda
tawa selalu terjadi di istana setiap pagi. Tak ada batas antara Presiden dan
para bawahannya. Kadang, waktu minum kopi pagi ini juga dimanfaatkan Bung Karno
untuk berdiskusi dengan para menteri dan pejabat mengenai masalah negara. “Dari
pengalaman saya berada di dekat Bung Karno selama delapan tahun, saya dapat
mengatakan bahwa semua orang yang pernah bekerja secara langsung di bawah Bung
Karno atau di dekatnya pasti mencintai Bung Karno setulus hati. Hal ini
terutama karena sikap Bung Karno yang hidup sederhana dan merakyat,” ujar
Bambang.
11. Soekarno sangat peduli pada kawannya,
bahkan sampai memilihkan istri
Sisi
lain yang cukup menarik dari sosok Bung Karno adalah ia bahkan sampai
memilihkan istri untuk sahabat seperjuangannya, Moh. Hatta. Sebagai sosok yang
pernah menjadi orang pertama di Indonesia, Bung Karno tentu banyak berjasa pada
bangsa dan negara ini, termasuk kepada wakilnya, Mohammad Hatta. Anak sulung
Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa hanya karena “diam”, Bung
Karno berhasil menyatukan Bung Hatta dengan Rachmi Rahim. “Ibu saya bercerita,
suatu waktu Bapak (Bung Karno) bertanya kepada Bung Hatta mengenai pasangan
hidup. Ditanya begitu, Bung Hatta hanya diam saja,” kata Megawati pada sebuah
acara bertajuk “Merindukan Negarawan” di Hotel Grand Melia, Jakarta.
Sebagaimana
dituturkan oleh Megawati, keluarga Rahim kenal dekat dengan Bung Karno. Mereka
memiliki dua putri, salah satunya bernama Rachmi. Suatu hari, Bung Karno datang
kepada Bung Hatta bukan untuk menanyakan tugas negara, tetapi soal pasangan
hidup. Sesampainya bertemu Bung Hatta, Bung karno bertanya, “Bung, apakah Anda
tidak merasa kesepian, hidup tanpa adanya istri?” kata Megawati menirukan
ucapan Bung Karno.
Ditanya
seperti itu, Bung Hatta hanya terdiam. Jawaban yang sama juga diberikan Bung
Hatta ketika Bung Karno menanyakan perasaan cinta sosok yang terkenal jujur dan
bijaksana itu kepada Rachmi, putri keluarga Rahim. Tidak lama setelah Bung
Karno mendapat inti permasalahan, ia langsung mendatangi keluarga Rahim. Ia pun
menceritakan apa yang telah diobrolkannya dengan Bung Hatta. “Bung (Rahim),
Hatta itu jatuh cinta sama putrimu, Rahmi, bagaimana?” Bung Rahim pun menjawab,
“Tanyakan saja sama Rahmi,” kata Megawati menirukan obrolan Bung Hatta dengan
Rahim, disambut tawa para audiens.
Mendapat
jawaban seperti itu, Bung Karno langsung menanyakan Rachmi jawaban apakah mau
dilamar Bung Hatta. Rupanya, jawabannya sama dengan Bung Hatta, hanya diam.
“Melihat
Rachmi hanya diam, maka keduanya pun ternyata saling cinta dan akhirnya
menikah,” terang Megawati. “Intinya adalah diam bukan berarti tidak berbuat
apa-apa. Diam memiliki banyak arti, termasuk tanda setuju,” kata Megawati
disambut tepuk tangan.
Hatta
hanya mengenal seorang wanita selama hidupnya. Dialah Rachmi Rahim yang biasa
dipanggil Yuke. Usia Hatta dan Yuke terpaut 24 tahun. Saat menikah, Yuke baru
berusia 19 tahun. Maklum, Hatta pernah berjanji tidak akan menikah bila
Indonesia belum merdeka. Di sebuah villa di Megamendung, Bogor tanggal 18
November 1945, keduanya menikah. Pernikahan Hatta dan Rachmi Rahim berlangsung
selama 35 tahun. Rachmi membaktikan hidupnya untuk pria luar biasa ini dan
Hatta membuktikan bahwa tak ada wanita lain dalam hidupnya.
12. Seikat rambutan pun tak mampu dibelinya
Ada
sebuah kisah menarik dan unik dari sosok Bung Karno yang mungkin membuat kita
kasihan dan simpati kepadanya. Meski jabatannya adalah orang nomor satu di
Indonesia, Bung Karno pernah tidak mampu membeli seikat rambutan. Bagaimana
bisa seorang presiden tak mampu membeli seikat rambutan yang harganya mungkin
hanya seharga sebungkus nasi? Sebagai seorang presiden, jangankan rambutan,
mobil mewah sekelas Mercedes Benz yang harganya sampai miliaran tentu sangat
mudah untuk dibeli. Tapi, itulah sisi lain dari sosok Bung Karno, presiden
pertama Indonesia yang tak mampu membeli seikat rambutan.
Sebagaimana
dikisahkan dalam merdeka.com, konon, setelah Soeharto diangkat menjadi presiden
RI pada Maret 1967, kehidupan Bung Karno begitu dibatasi oleh pemerintah. Bung
Karno tak boleh masuk Jakarta dan hanya boleh berada di Bogor. Meski telah
ditetapkan sebagai tahanan politik oleh pemeritnahan Soeharto, Bung Karno tak
pernah menampakkan kesedihannya kepada orang lain. Bung Karno masih sering
berjalan-jalan keliling kota untuk melihat situasi dan kondisi rakyat. Suatu
ketika, Bung Karno tengah berkeliling kota dengan menumpangi mobil VW Combi.
Tiba-tiba, Bung Karno meminta ajudan perempuannya, Putu Sugiarti, untuk membeli
satu ikat rambutan dari pedagang rambutandi pinggir jalan. “Tri, beli
rambutan.’ Saya tanya ‘Uangnya mana?’, ‘Sing ngelah pis’, ujarnya dalam bahasa
Bali yang berarti saya tidak punya uang. Jadi saya pakai uang saya,” demikian
cerita Putu Sugiarti dalam buku Hari-hari Terakhir Sukarno, karya Peter Kasenda
(Komunitas Bambu).
Putu
Sugiarti lantas menuruti perintah Bung Karno. Ia tahu betul Bung Karno sangat
menyukai rambutan rapiah. Ia lantas mencicipi terlebih dahulu rambutan itu di
tempat pedagangnya. “Bang, antarkan ini ke bapak yang di mobil itu, yang
kepalanya botak,” kata putu. Saat itu, Bung Karno sudah tak lagi mengenakan
peci dan kacamata. Pedagang rambutan itu pun menuruti permintaannya. Ia
langsung mengantarkan rambutan itu ke mobil. Bung Karno bertanya dengan suara
khasnya, “Benar manis?”
Sadar
pria di dalam mobil adalah Bung karno, pedagang rambutan itu langsung histeris.
Ia langsung memberitahukan semua orang bahwa ada Bung Karno di dalam mobil.
Suasana pun berubah menjadi geger. “Besoknya saya dimarahi komandan,” ujar
Putu.
Ke
depannya, Bung Karno dijadikan tahanan rumah oleh pemerintahan Soeharto.
Gerak-geriknya selalu diawasi dan dibatasi. Bahkan, keluarganya sendiri
dipersulit untuk menemuinya. Bung Karno dijauhkan dari rakyat yang dicintainya.
Sang proklamator dibuat seolah-olah hidup seorang diri. Bung Karno dizalimi
bangsanya sendiri.
Bung Karno memang sosok
presiden yang tidak memanfaatkan jabatan untuk mengumpulkan pundi-pundi
kekayaan. Bahkan, hingga akhir hayatnya, rumah pun ia tak punya. Sungguh
teladan yang patut ditiru dan cermin bagi para pejabat yang saat ini gemar
menumpuk kekayaan lewat korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar