Selamat Datang di Blog Ninosnina ^_^

Bintang-ku

Senin, 14 Maret 2016

SISI LAIN SOEKARNO PART 3



1    9. Repotnya Soekarno beristri banyak

Hingga saat ini, Bung Karno adalah satu-satunya presiden Indonesia yang berpoligami. Ternyata, ada kisah menarik tentang Bung Karno yang beristri banyak itu. Punya istri banyak dan cemburuan tentu membuat Bung Karno pusing. Terkadang, Bung Karno terpaksa main kucing-kucingan dengan para istrinya.
Ketika Bung Karno menikah dengan Hartini, Fatmawati marah dan keluar dari istana. Istri kedua Bung Karno ini memilih tinggal di Kebayoran Baru. Hartini pun akhirnya tidak tinggal di istana, melainkan di paviliun Istana Bogor. Lalu, setelah menikah dengan Dewi Soekarno, wanita Jepang ini ditempatkan di Wisma Yasoo, Jl Gatot Subroto. Sementara istri lainnya, Haryati, ”ditaruh” di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Banyak kisah lucu soal poligami Bung Karno. Misalnya, soal surat. Karena sibuk, Bung karno tidak sempat menulis surat untuk masing-masing istrinya. Maka, ia menyuruh juru tulis istana untuk mengetikkan surat cinta bagi istrinya. Tetapi, betapa kagetnya Bung karno saat mendapati surat cinta itu diketik di atas kertas berkop kepresidenan resmi, lengkap dengan logo burung garuda dan cap kepresidenan. Bukan itu saja, di pengirim bukan ditulis sebagai “mas” atau “soekarno”, tetapi “Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno”.
Nah, akibat banyak istri ini, para ajudan pun jadi punya tugas tambahan. Salah seorang ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko, menceritakan semua kerepotan ini. Para istri Bung Karno ini selalu curiga kemana Bung Karno pergi setelah jam dinas usai. Apakah menemui istrinya yang lain? Ke rumah si A, si B atau si C? Para ajudan Bung Karno pun harus berbohong demi menyelamatkan bos mereka.
“Kami para ajudannya harus membantu dan mengamankan setiap timbul persoalan. Kalau perlu harus berbohong, apabila ibu yang satu bertanya apakah Bung Karno bertemu dengan ibu yang lainnya,” kata Bambang Widjanarko dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno (Kepustakaan Populer Gramedia).
Jika Bung karno bertanya,”Apakah aku sudah rapi?”, maka rapi itu artinya bersih dari bekas lipstik dan wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan pun harus ekstra teliti memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Bung Karno akan pulang dulu ke istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian. Pernah suatu saat, Haryati mendengar bung Karno sedang menemui istrinya yang lain. Ia pun marah dan hendak menyusul ke tempat acara. Bung Karno yang mendapat laporan memerintahkan bagaimana dan apa pun caranya, Haryati tak boleh meninggalkan Slipi. Maka, “operasi sabotase” pun digelar. Awalnya, sopir Haryati berpura-pura mobilnya mogok. Haryati yang murka meminta agar dikirimi mobil dari istana. Tapi, berjam-jam mobil itu tidak juga datang. Saat sopir sudah berhasil menyalakan mobil yang tadi mogok,s ebuah truk tiba-tiba mogok di depan rumahnya. Mobil Haryati pun tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini berlangsung sukses dan lancar.
Inilah lain dari sosok Bung Karno. Repot memang punya banyak istri yang pencemburu.

  
      10. Soekarno anti pada minuman beralkohol 

Sisi lain berikutnya dari sosok Bung Karno yang mungkin belum Anda ketahui adalah anti pada minuman beralkohol. Apa pun jenis minuman itu, jika mengandung alkohol, Bung Karno tidak mau menyentuhnya, apalagi meminumnya. Seperti kita ketahui, Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Bung Karno, dikenal memiliki pergaulan internasional yang luas. Bung Karno gemar pesta, musik, dan dansa. Namun, satu prinsip yang dipegangnya sebagai seorang Muslim adalah pantang minum alkohol, dimana pun, dalam acara apa pun.
“Bung karno tidak pernah minum alkohol. Apa pun minumannya,” ujar ajudan presiden Soekarno, Bambang Widjanarko sebagaimana dikutip merdeka.com.
“Kalau dalam suatu resepsi resmi dihadirkan champange atau anggur (wine), khusus bagi Bung Karno disediakan air jeruk,” ujar perwira marinir yang delapan tahun mendampingi Bung Karno ini. Walau berada dalam nightclub di luar negeri dan dijamu oleh presiden negara lain, Bung Karno tetap tidak mau minum alkohol.
Pada tahun 1950-an, Bung Karno diajak oleh Presiden Tito dari Yugoslavia untuk menghadiri ramah tamah di nightclub Hotel Mertopole Beograd. “Seperti biasa, Bung Karno hanya minta air jeruk. Dia memang tidak pernah minum alkohol,” kenang Bambang. Pada pagi hari, Bung Karno selalu minum kopi. Ia hanya makan roti yang diolesi sedikit mentega dan gula. Sebagaimana kebiasaanya di Indonesia, pada sore hari, Bung Karno selalu minum teh. Selebihnya, hanya minum air putih.
Saat minum kopi pagi di istana inilah yang selalu seru. Bung Karno selalu mengajak seluruh ajudan maupun pegawai istana untuk sarapan bersama. Suasana penuh canda tawa selalu terjadi di istana setiap pagi. Tak ada batas antara Presiden dan para bawahannya. Kadang, waktu minum kopi pagi ini juga dimanfaatkan Bung Karno untuk berdiskusi dengan para menteri dan pejabat mengenai masalah negara. “Dari pengalaman saya berada di dekat Bung Karno selama delapan tahun, saya dapat mengatakan bahwa semua orang yang pernah bekerja secara langsung di bawah Bung Karno atau di dekatnya pasti mencintai Bung Karno setulus hati. Hal ini terutama karena sikap Bung Karno yang hidup sederhana dan merakyat,” ujar Bambang.

  
      11. Soekarno sangat peduli pada kawannya, bahkan sampai memilihkan istri

Sisi lain yang cukup menarik dari sosok Bung Karno adalah ia bahkan sampai memilihkan istri untuk sahabat seperjuangannya, Moh. Hatta. Sebagai sosok yang pernah menjadi orang pertama di Indonesia, Bung Karno tentu banyak berjasa pada bangsa dan negara ini, termasuk kepada wakilnya, Mohammad Hatta. Anak sulung Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa hanya karena “diam”, Bung Karno berhasil menyatukan Bung Hatta dengan Rachmi Rahim. “Ibu saya bercerita, suatu waktu Bapak (Bung Karno) bertanya kepada Bung Hatta mengenai pasangan hidup. Ditanya begitu, Bung Hatta hanya diam saja,” kata Megawati pada sebuah acara bertajuk “Merindukan Negarawan” di Hotel Grand Melia, Jakarta.
Sebagaimana dituturkan oleh Megawati, keluarga Rahim kenal dekat dengan Bung Karno. Mereka memiliki dua putri, salah satunya bernama Rachmi. Suatu hari, Bung Karno datang kepada Bung Hatta bukan untuk menanyakan tugas negara, tetapi soal pasangan hidup. Sesampainya bertemu Bung Hatta, Bung karno bertanya, “Bung, apakah Anda tidak merasa kesepian, hidup tanpa adanya istri?” kata Megawati menirukan ucapan Bung Karno.
Ditanya seperti itu, Bung Hatta hanya terdiam. Jawaban yang sama juga diberikan Bung Hatta ketika Bung Karno menanyakan perasaan cinta sosok yang terkenal jujur dan bijaksana itu kepada Rachmi, putri keluarga Rahim. Tidak lama setelah Bung Karno mendapat inti permasalahan, ia langsung mendatangi keluarga Rahim. Ia pun menceritakan apa yang telah diobrolkannya dengan Bung Hatta. “Bung (Rahim), Hatta itu jatuh cinta sama putrimu, Rahmi, bagaimana?” Bung Rahim pun menjawab, “Tanyakan saja sama Rahmi,” kata Megawati menirukan obrolan Bung Hatta dengan Rahim, disambut tawa para audiens.
Mendapat jawaban seperti itu, Bung Karno langsung menanyakan Rachmi jawaban apakah mau dilamar Bung Hatta. Rupanya, jawabannya sama dengan Bung Hatta, hanya diam.
“Melihat Rachmi hanya diam, maka keduanya pun ternyata saling cinta dan akhirnya menikah,” terang Megawati. “Intinya adalah diam bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Diam memiliki banyak arti, termasuk tanda setuju,” kata Megawati disambut tepuk tangan.
Hatta hanya mengenal seorang wanita selama hidupnya. Dialah Rachmi Rahim yang biasa dipanggil Yuke. Usia Hatta dan Yuke terpaut 24 tahun. Saat menikah, Yuke baru berusia 19 tahun. Maklum, Hatta pernah berjanji tidak akan menikah bila Indonesia belum merdeka. Di sebuah villa di Megamendung, Bogor tanggal 18 November 1945, keduanya menikah. Pernikahan Hatta dan Rachmi Rahim berlangsung selama 35 tahun. Rachmi membaktikan hidupnya untuk pria luar biasa ini dan Hatta membuktikan bahwa tak ada wanita lain dalam hidupnya.

  
      12. Seikat rambutan pun tak mampu dibelinya

Ada sebuah kisah menarik dan unik dari sosok Bung Karno yang mungkin membuat kita kasihan dan simpati kepadanya. Meski jabatannya adalah orang nomor satu di Indonesia, Bung Karno pernah tidak mampu membeli seikat rambutan. Bagaimana bisa seorang presiden tak mampu membeli seikat rambutan yang harganya mungkin hanya seharga sebungkus nasi? Sebagai seorang presiden, jangankan rambutan, mobil mewah sekelas Mercedes Benz yang harganya sampai miliaran tentu sangat mudah untuk dibeli. Tapi, itulah sisi lain dari sosok Bung Karno, presiden pertama Indonesia yang tak mampu membeli seikat rambutan.
Sebagaimana dikisahkan dalam merdeka.com, konon, setelah Soeharto diangkat menjadi presiden RI pada Maret 1967, kehidupan Bung Karno begitu dibatasi oleh pemerintah. Bung Karno tak boleh masuk Jakarta dan hanya boleh berada di Bogor. Meski telah ditetapkan sebagai tahanan politik oleh pemeritnahan Soeharto, Bung Karno tak pernah menampakkan kesedihannya kepada orang lain. Bung Karno masih sering berjalan-jalan keliling kota untuk melihat situasi dan kondisi rakyat. Suatu ketika, Bung Karno tengah berkeliling kota dengan menumpangi mobil VW Combi. Tiba-tiba, Bung Karno meminta ajudan perempuannya, Putu Sugiarti, untuk membeli satu ikat rambutan dari pedagang rambutandi pinggir jalan. “Tri, beli rambutan.’ Saya tanya ‘Uangnya mana?’, ‘Sing ngelah pis’, ujarnya dalam bahasa Bali yang berarti saya tidak punya uang. Jadi saya pakai uang saya,” demikian cerita Putu Sugiarti dalam buku Hari-hari Terakhir Sukarno, karya Peter Kasenda (Komunitas Bambu).
Putu Sugiarti lantas menuruti perintah Bung Karno. Ia tahu betul Bung Karno sangat menyukai rambutan rapiah. Ia lantas mencicipi terlebih dahulu rambutan itu di tempat pedagangnya. “Bang, antarkan ini ke bapak yang di mobil itu, yang kepalanya botak,” kata putu. Saat itu, Bung Karno sudah tak lagi mengenakan peci dan kacamata. Pedagang rambutan itu pun menuruti permintaannya. Ia langsung mengantarkan rambutan itu ke mobil. Bung Karno bertanya dengan suara khasnya, “Benar manis?”
Sadar pria di dalam mobil adalah Bung karno, pedagang rambutan itu langsung histeris. Ia langsung memberitahukan semua orang bahwa ada Bung Karno di dalam mobil. Suasana pun berubah menjadi geger. “Besoknya saya dimarahi komandan,” ujar Putu.
Ke depannya, Bung Karno dijadikan tahanan rumah oleh pemerintahan Soeharto. Gerak-geriknya selalu diawasi dan dibatasi. Bahkan, keluarganya sendiri dipersulit untuk menemuinya. Bung Karno dijauhkan dari rakyat yang dicintainya. Sang proklamator dibuat seolah-olah hidup seorang diri. Bung Karno dizalimi bangsanya sendiri.
Bung Karno memang sosok presiden yang tidak memanfaatkan jabatan untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Bahkan, hingga akhir hayatnya, rumah pun ia tak punya. Sungguh teladan yang patut ditiru dan cermin bagi para pejabat yang saat ini gemar menumpuk kekayaan lewat korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar