Sisi
lain Soekarno
Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, di balik kehebatan seorang Bung Karno sebagai orator dan
tokoh politik legendaris, ternyata ada sisi lain dari kehidupannya yang dapat
membuat kita sadar bahwa seorang politikus kelas kakap, orator hebat, dan
seorang pemimpin negara seperti Bung karno pun memiliki sisi lain yang menarik
disimak. Dikatakan menarik, karena sisi lain ini dapat menjadi inspirasi,
terutama bagi para pemimpin bangsa periode berikutnya, khususnya dalam hal-hal
yang berkaitan dengan sisi kesederhanaannya sebagai seorang presiden. Mengutip
dari berbagai sumber, berikut ini disajikan berbagai sisi lain Bung Karno yang
mungkin dapat menjadi kita tercengang dan tak menyangka bahwa seorang hebat
seperti Bung Karno ternyata memiliki sisi lain.
1) Aroma kopi dan teh yang menggelorakan semangat
Salah
satu sisi lain Bung Karno yang unik dan mungkin belum Anda adalah kegemarannya
minum kopi tubruk pada pagi hari. Saking kesengsemnya ia pada kopi, Bung Karno
sampai menjadwalkan minum kopi bareng dengan beberapa rekan bawahannya, yaitu
Wakil Perdana Menteri II, Dr. Johannes Leimena dan Men/Pangad Letjen Ahmad
Yani. Selain mereka, jenderal lain yang pernah diajak minum kopi bersama oleh
Bung Karno adalah Jenderal Djatikusumo. “Tadi pagi, Jenderal Djatikusumo datang
minum kopi dengan saya,” kata Bung karno.
James Luhulima. Menyingkap Dua Hari
Tergelap di Tahun 1965, Melihat Peristiwa G30S dari Perspektif Lain (Jakarta;
Penerbit Buku Kompas, 2006), hlm. 80.
Iman Toto K. Rahadjo dan Suko Sudarso
(ed.). Bung Karno masalah Pertahanan-Keamanan. Jakarta: Grasindo. 2010; 23.
Setidaknya,
itulah yang dibuktikan oleh Bung karno karena hingga masa tuanya, ia tetap
memiliki ingatan kuat.
Jika
setiap pagi Bung Karno rutin minum kopi tubruk, sore harinya ia rutin minum
teh. Selain pada kedua waktu itu, Bung karno hanya minum air putih. Seperti
kebiasaannya minum kopi, ternyata kebiasaan Bung Karno minum teh di sore hari
ini juga memiliki manfaat dahsyat bagi kesehatan. Selain nikmat, teh diketahui
sejak zaman dahulu memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Menurut sebuah catatan
di Cina, teh dapat berfungsi menangkal dan menyembuhkan kurang lebih 72 jenis
penyakit.
2) Cara makan yang sederhana sekali
Sisi
lain dari sosok Bung karno yang berikutnya adalah cara makannya yang sangat
sederhana. Kebiasaan makan Bung Karno sederhana sekali dan sangat merakyat.
Bila makan di istana, ia hanya menggunakan tangan, tidak pakai sendok dan
garpu. Ini kebiasaannya sejak dulu, terutama kalau makan bersama keluarga.
Nasinya hanya satu mangkok kecil. Makanan yang paling digemari Bung Karno
adalah sayur lodeh, sayur asem, telur mata sapi, ikan asin goreng, dan sambal.
Sambalnya tidak perlu dipindah dari cobek atau ditaruh di piring kecil.
Benar-benar makan ala rakyat biasa. Bung karno juga menyukai sayur daun
singkong, sawo, dan pisang.
Suatu
hari, selesai berjalan-jalan di Istana Merdeka, Bung Karno mengajak Letnan
Soetikno, pembantu ajudan presiden, dan Mangil untuk ikut makan pagi. Menunya
sederhana. Bung Karno makan satu mangkok kecil nasi, sayur daun singkong,
sambal, dan ikan asin goreng. Buahnya sawo dan pisang. Ia makan dengan tangan,
sedang Letnan Soetikno dan Mangil pakai sendok dan garpu. Minumnya hanya teh.
Sambalnya ditaruh di cobek, lengkap dengan muthunya. Kalau minum manis, Bung
Karno tidak mau pakai gula, melainkan sakarin. Ia juga suka makan sate ayam di
Pantai Tanjung Priok bersama putra-putrinya. Kalau pergi ke rumah makan,
terutama RM Tungkong di Menteng (sekarang namanya RM Cahaya Kota), Bung karno
senang mie goreng, nasi goreng, ayam goreng, atau sate ayam.
3) Pakaian baru atau lama?
Ketika
Anda disuruh memilih antara pakaian baru atau lama, maka yang akan Anda pilih
untuk dipakai? Sudah pasti jawabannya adalah pakaian baru. Hal itulah yang
kebanyakan dilakukan oleh semua orang, terutama para pejabat negeri ini. Namun,
kebiasaan para pejabat yang suka hidup glamor dan berpakaian serba mahal itu
berbanding terbalik dengan sang Bapak Bangsa, Bung Karno. Betul, soal pakaian,
Bung Karno memang paling teliti. Kalau ada wartawan atau kawan berpakaian
kurang rapi, atau dasi miring, langsung ia betulkan. Ia sendiri kalau
berpakaian sangat rapi, namun sederhana.
Pakaian
harian Bung karno adalah pakaian yang sangat sederhana. Jika ada yang robek, ia
memerintahkan orang untuk menjahitnya kembali dan dipakai lagi. Apalagi kalau
pakaian yang sangat disenanginya, walaupun sudah robek dan dijahit, tetap
dipakainya. Begitu pula sandal, Bung karno lebih senang memakai yang sudah lama
meski sudah hampir lama dipakai. Alasannya, kursi rotan lama akan mengikuti
bentuk tubuh pemakainya. Jadi, lebih enak diduduki.
Itulah
Bung Karno, sang proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia yang patut
dijadikan teladan oleh para pemimpin bangsa generasi penerusnya.
Kesederhanaannya menjadi lambang bahwa ia adalah sosok yang tidak mementingkan
materi. Ingat, meski pakaiannya tidak baru dan tidak mahal, tetapi Bung karno
tetap memperhatikan kerapiannya. Bahkan, Bung karno tidak pernah membeli baju
baru. Ia mendapatkan baju baru dari para patnernya yang melihat pakaian yang
dikenakannya sederhana sehingga dianggap kurang pas dipakai seorang presiden.
4) Soekarno pun suka musik keroncong
Sebagai
bangsa Indonesia, tentunya kita tahu tentang jenis musik yang satu ini. Musik
keroncong adalah suatu aliran musik yang lahir di Indonesia, namun dipengaruhi
oleh musik barat (diatonis) sehingga bukan termasuk sebagai musik tradisional,
melainkan salah satu jenis musik diatonis (world music) yang banyak berkembang
pada saat ini. Adapun pada perkembangan selanjutnya, Ia berkolaborasi dengan
jenis musik tradisional.
Asal-muasal
nama keroncong sendiri sampai saat ini memang tidak begitu jelas. Ada beragam
pendapat mengenai sebuatan atau istilah keroncong. Ada yang berpendapat bahwa
nama itu berasal dari nama alat musik semacam gitar kecil/ukulele dari
Polynesia yang disebut crouco. Ada juga yang berpendapat bahwa nama keroncong
itu berasal dari bunyi suara gelang kaki penari ngremo dari Madura. Namun,
darimana pun asalnya, yang jelas keroncong telah menempatkan dirinya di hati
masyarakat Indonesia.
Bahkan,
tidak hanya rakyat dari kalangan biasa saja yang menyukai musik keroncong,
tetapi orang pertama di Indonesia pun sangat suka pada musik ini. Betul, sisi
lain Bung Karno dari segi minatnya terhadap budaya adalah “cinta”nya pada musik
keroncong. Saking cintanya Bung Karno pada Keroncong, saat diasingkan di Istana
Bogor selepas G-30S/PKI, Bung Karno membunuh waktunya dengan menginventarisasi musik-musik
keroncong yang dulu populer tahun 1930-an dan kemudian menghilang. Atas kerja
kerasnya dan beberapa seniman keroncong, ia berhasil menyelamatkan beberapa
karya keroncong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar