Selamat Datang di Blog Ninosnina ^_^

Bintang-ku

Senin, 14 Maret 2016

KONTROVERSI MASUKNYA PENGARUH HINDU BUDDHA DI NUSANTARA (INDONESIA)



Rizem Aizid
KONTROVERSI MASUKNYA PENGARUH HINDU BUDDHA DI NUSANTARA (INDONESIA)

Salah satu peristiwa sejarah paling kontroversial dalam sejarah Indonesia yang lahir berabad-abad silam, pada erakolonial atau era kerajaan-kerajaan di nusantara, yang sampai detik ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli maupun masyarakat luas adalah kontroversi mengenai masuknya pengaruh Hindu Buddha.
Agama Hindu Buddha yang masuk ke nusantara berasal dari India. Dalam sejarahnya, antara Indonesia dengan India sudah terjalin hubungan terutama dalam perdagangan. Setelah jalur perdagangan India dengan Cina lewat laut (tidak lagi melewati jalan darat), maka Selat Malaka merupakan alternatif terdekat yang dilalui pedagang. Dalam hubungan tersebut, masuk dan berkembang pula agama dan budaya India di Indonesia.
Peristiwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia pada awal abad Masehi membawa pengaruh yang sangat penting. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya zaman prasejarah Indonesia dan memasuki zaman sejarah serta membawa perubahan dalam susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
Perkembangan agama Hindu Buddha dan pengaruh kebudayaannya di Indonesia dapat dilihat dari beberapa peninggalan sejarah kedua agama dan kebudayaan tersebut. Di antaranya, candi yang bercorak Jawa Timur dan candi bercorak Jawa Tengah. Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah agama Hindu Buddha di Indonesia yang terkenal sampai mancanegara.
Masuknya agama Hindu Buddha juga membawa pengaruh pada beberapa aspek kehidupan. Dalam aspek pemerintahan, misalnya, mulanya masyarakat di Indonesia hanya mengenal sistem kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpin. Kepala suku ini dipilih oleh anggota kelompok-kelompoknya. Agama Hindu Buddha membawa pengaruh bagi terbentuknya sistem kerajaan dengan pemimpinnya adalah seorang raja yang diangkat secara turun temurun (hierarki). Para raja ini diyakini sebagai titisan dewa.
Dalam aspek budaya, sebelumnya masyarakat Indonesia mengenal penanggalan waktu berdasarkan tanda-tanda alam, seperti bintang dan turunnya hujan. Sejak masuknya Hindu Buddha, berkembanglah sistem penanggalan Tahun Saka. Begitu pula dengan sistem kepercayaan. Awalnya, masyarakat Indonesia menganut sistem kepercayaan baru. Agama Hindu memperkenalkan adanya dewa-dewa. Sedangkan agama Buddha memperkenalkan ajaran Buddha tentang samsara dan moksa.
Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, sering disebut penghinduan. Pada dasarnya, istilah ini sebenarnya kurang tepat, karena selain agama Hindu, masuk pula agama Buddha. Proses ini terjadi didahului adanya hubungan Indonesia dengan India, sebagai akibat perubahan jalur perdaganan dari jalur tengah (sutra) berganti ke jalur pelayaran (rempah-rempah). Hal ini didasarkan bukti peninggalan arca dan prasasti di Indonesia. Sedangkan di India terdapat karya sastra, di antaranya kitab Jataka, Ramayana dan Raghuwamsa. Kitab Jataka berisi kisah perjalanan Buddha yang menjumpai Swarnabhumi. Kitab Ramayana terdapat istilah Jawadwipa dan Swarnabhumi. Kitab Raghuwamsa karya Kalisada tentang perdagangan India yang menyebutkan Dwipantara sebagai asal bahan perdagangan cengkih atau lavanka.
Lalu, dimanakah letak kontroversi masuknya pengaruh Hindu Buddha di Indonesia itu? Memang, mengenai asal darimana datangnya agama Hindu dan Buddha itu tidak menimbulkan kontroversi alias perdebatan. Sebab, sudah jelas bahwa kedua agama itu berasal dari India. Namun, yang menjadi kontroversi dari permasalahan ini sampai saat ini masih menjadi perdebatan para tokoh adalah mengenai siapa yang membawa agama Hindu dan Buddha ke Indonesia? Inilah permasalahan kontroversial yang sampai detik ini masih menyisakan tanda tanya besar mengenai siapa sebenarnya yang telah membawa agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia?
Catatan awal abad Masehi mengenai kedatangan orang-orang Hindu dan Buddha dari India ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti. Inilah yang menyebabkann masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia menjadi kontroversi. Adapun hubungan India, Cina, dan Indonesia berasal dari catatan orang Cina pada abad ke-5 M. menurut catatan tersebut, agama Buddha yang masuk ke Indonesia tidak hanya berasal dari India, tetapi juga dari Cina. Lagi-lagi kontroversial.
Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa agama Hindu pertama kalinya berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Di lembah sungai inilah para resi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk kitab suci Weda. Dari Lembah Sungai Sindhu, ajaran Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia, di antaranya ialah sebagai berikut:
A.    Teori ksatria
Teori ini kesatria ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan oleh CC. Berg dan F.D.K. Bosch menggunakana istilah hipotesa kesatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke Indonesia adalah kesatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik, yaitu perang brahmana dengan kesatria. Karena kalah, para kesatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majundar dan Nehru.
Terhadap teori ini, van leur mengajukan keberatan. Menurutnya, jika memang raja-raja India pernah menaklukkan daerah di Indonesia, maka hal itu akan dicatat dalam sumber-sumber sejarah baik di India maupun Indonesia. Raja-raja India biasanya membangun sebuah tugu kemenangan yang disebut jayastamba.
Namun demikian, berbeda dengan van Leur, ada tiga tokoh sejarah yang mendukung teori kesatria, yakni:
1.    C.C. Berg
Menurutnya, golongan kesatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia. Para Kesatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para kesatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para kesatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu Buddha kepada keluarga yang dinikahkan tadi. Selanjutnya, berkembanglah tradisi Hindu Buddha dalam kerajaan di Indonesia.
2.    Mookerji
Ia mengatakan bahwa golongan kesatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia. Para Kesatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
3.    J.L. Moens
J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5, ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan yang melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan oleh Berg, Moens, dan Mookerji yang menekankan pada peran para kesatria India dalam proses masuknya kebudayaan India ke Indonesia, terletak pada hal-hal berikut:
·         Para kesatria tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
·         Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukan kerajaan-kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti yang menggambarkan penaklukan tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun di Indonesia tidak ditemukan prasasti semcam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukan Kerajaan Srwijaya oleh salahs atu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukan tersebut terjadi pada abad ke-11, sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.
B.    Teori Waisya
Teori atau hipotesis berikutnya tentang masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia adalah teori atau hipotesis Waisya. Menurut para pendukung hipotesis ini, kaum Waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis Waisya ini.
Dalam bukunya yang berjudul Hindu Javanesche Geschiedenis, Krom menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India. Mookerjee (ahli India tahun 1912) menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kaena kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu para pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana. Namun, bila menilik peninggalan prasasti yang dikeluarkan oleh negara-negara kerajaan Hindu Buddha di Indonesia, sebagian besar menggunakan bahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa.
Dengan demikian, timbul pertanyaan, munkinkah para pedagang India mampu membawa pengaruh kebudayaan yang sangat tinggi ke Indonesia, sedangkan di daerahnya sendiri kebudayaan tersebut hanya milik kaum Brahmana? Selain itu, terdapat kelemahan lain dalam hipotesis ini, yakni dengan melihat peta persebaran kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di Indonesia yang lebih banyak berada di pedalaman. Namun, apabila pengaruh tersebut dibawa oleh para pedagang India, tentunya pusat kerajaan-kerajaan Hindu Buddha akan lebih banyak berada di daerah pesisir pantai.
Di balik kelemahan-kelemahan itu, teori ini juga mengandung kelebihan. Pertama, pedagang tentu membutuhkan area perdagangan yang luas agar lebih untung. Kedua, agama Hindu bisa didapat hanya karena keturunan, maka para pedaganglah yang berketurunan dengan orang Indonesia agar agama Hindu tersebar.  
C.   Teori Brahmana
Teori ketiga tentang masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia ini adalah teori Brahmana. Para penganut golongan ini mengungkapkan bahwa kaum Brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Mereka mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah J.C. Van Leur. Bahasa Sansekerta yang digunakan dalam upacara keagamaan hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Sehingga, menurut anggapan ini, hanya kaum Brahmana saja yang bisa mengajarkan dan menyebarkan agama Hindu. Namun, anggapan ini dibantah oleh penganut anggapan lainnya karena kaum Brahmana tidak boleh menyeberangi lautan maupun samudera. Ini adalaha peraturan yang mutlak dan tidak boleh dilanggar.
Namun, teori ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah kaum brahmana menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa dan hanya para brahmana yang bisa melakukan upacara khusus yang menjadikan seseorang menjadi pemeluk Hindu (Vratyastoma). Sedangkan, kelemahannya adalah bahwa dalam tradisi agama Hindu terdapat pantangan bagi kaum Brahmana untuk menyeberangi lautan.
D.   Teori Arus Balik/Nasional
Teori arus balik merupakan teori yang menonjolkan peranan bangsa Indonesia, sehingga teori ini merupakan ciri penulisan sejarah yang bersifat Indonesia sentries. Oleh karena itu, teori arus balik ini juga disebut teori nasional.
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang menentang teori kolonisasi. Menurut pendapatnya, Indonesia lebih bersifat aktif. Mereka belajar ke India untuk menuntut agama Hindu Buddha kemudian mereka kembali ke Indonesia untuk menyebarkan ilmu mereka. Beberapa kritikan F.D.K. Bosch yang menentang teori kolonialisasi, adalah sebagai berikut:
·         Teori kolonialisasi tidak mempunyai bukti kuat. Pada hipotesis Waisya, tidak terbukti bahwa kerajaan awal di Indonesia yang bercorak Hindu Buddha ditemukan di pesisir pantai, melainkan di pedalaman. Pada teori kesatria ada bukti prasasti yang menyatakan tentang penaklukan nusantara oleh India.
·         Tidak ditemukan keturunan antara golongan kesatria dan pribumi jika memang terjadi pernikahan sebenarnya.
·         Dilihat dari karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antara candi-candi yang dibangun di Indonesia dengan candi-candi yang dibangun di India.
·         Bahasa Sansekerta hanya dipelajari oleh kaum Brahmana, namun bahasa Sansekerta adalah bahasa yang digunakan oleh kebanyakan orang India.
Itulah teori arus balik yang dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Tidak hanya pengaruh Hindu Buddha di Indonesia saja yang kontroversial, tetapi teori ini pun kontroversial. Mengapa demikian? Sebab, seperti dikemukakan dalam tiga teori kolonisasi sebelumnya (teori Waisya, teori Brahmana, dan teori kesatria) F.D.K. Bosch juga menjadi salah satu tokoh pendukungnya. Itu artinya, jika F.D.K. Bosch melalui teori arus balik ini bermaksud menyerang teori-teori kolonialisasi, maka ia telah menyerang dirinya sendiri. Bukankah ini sebuah kontroversial?
E.    Teori Sudra
Teori lain tentang siapa yang membawa Hindu Buddha ke Indonesia adalah teori Sudra. Hanya segelintir para ahli yang setuju dengan teori ini. Salah satunya adalah Von van Faber, yang mengungkapkan bahwa peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan Sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum Waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan Sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara. Namun halnya sebuah kontroversi, kaum Sudra dianggap tidak layak untuk menyebarkan agama Hindu, karena mereka adalah kaum bawah, kaum budak dan dianggap sebagai orang dengan derajat terendah di agama Hindu, sehingga dalam urusan keagamaan dianggap hal yang tidak mungkin dalam menyebarkan agama Hindu.
Kelebihan dari teori ini adalah bahwa semua orang yang ada pada kasta Sudra pasti ingin memperbaiki hidup, salah satu caranya adalah pergi ke tempat lain seperti Indonesia. Sedangkan kelemahannya, mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa; Kasta Sudra umumnya tidak memiliki ilmu pengetahuan/pendidikan. Biasanya, jika ada budak maka ada tuannya, dengan demikian pastilah ada kasta yang lebih tinggi dari Sudra yang membawa kasta ini ke Indonesia.

KESIMPULAN 
Teori ini beranggapan bahwa baik kaum Brahmana, kesatria, para pedagang, maupun golongan Sudra, bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-masing. Teori ini mengandung kelebihan, yakni:
·  Kasta Sudra merupakan budak maka pasti para kesatria dan pedagang   membutuhkan    mereka untuk melakukan peran masing-masing.
·         Semua kasta sebenarnya saling membutuhkan

Sedangkan kelemahannya, dalam tradisi agama Hindu terdapat pantangan bagi kaum Brahmana untuk menyeberangi lautan.
Itulah beberapa teori tentang masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan para tokoh lengkap dengan bukti dan landasannya, maka dapat disimpulkan bahwa masalah ini tergolong masalah kontroversi. Mengapa? Sebab, dalam melihat, mengamati, dan menganalisis suatu peristiwa sejarah (masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia), terdapat banyak pendapat yang berbeda-beda, dimana setiap pendapat diperkuat dengan bukti dan landasan yang sama-sama kuat.
Karena kontroversi itulah, maka sampai saat ini belum bisa ditarik kesimpulan mana pendapat yang paling benar (tepat) tentang siapa sebenarnya yang membawa Hindu Buddha ke Indonesia. Apakah para Kesatria, Brahamana, para Waisya, ataukah semuanya (teori campuran)? Sampai detik ini, permasalahan ini masih menyulut api kontroversi. Bahkan, meskipun di kemudian hari ditemukan suatu bukti baru yang memunculkan teori baru pula, kontroversi pun masih berlanjut dan akan tetap berlanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar