Sejarah Wirasaba Babat Banyumas
(BR.58)
SJ. 17 FS UI Tedhakan Serat Babad
Banyumas
I Dha 18
II Sin 18
III Asm 38
IV Mas 47
V Kin 42
VI Dur 12
VII Asm 34
VIII Dur 20
I Asm 12 I Asm 12 I Asm 12 IX Pan 20
II Dur 31 II Dur 31 II Dur 31 X Puc 47
III Sin 26 III Sin 26 III Sin 26 XI Mij 26
IV Kin 32 IV Kin 33 IV Kin 33 XII Sin 18
V Dha 68 V Dha 68 V Dha 68 XIII Kin 18
VI Sin 34 VI Sin 34 VI Sin 34 XIV Sin 40
VII Mij 22 VII Mij 22 VII Mij 22 XV Gam 17
VIII Pan 30 VIII Pan 30 VIII Pan 30 XVI Pan 30
IX Meg 35 IX Meg 35 IX Meg 35 XVII Meg 35
X Asm 35 X Asm 35 X Asm 35 XVIII Asm 36
XI Dha 8 XI Dha 13 XI Dha 13 XIX Dha 13
XII Asm 35 XII Asm 39 XII Asm 39 XX Asm 39
XIII Sin 19 XIII Sin 19 XIII Sin 19 XXI Sin 19
XIV Mas 9 XIV Mas 15 XIV Mas 15 XXII Mas 15
-- XV Dha 15 XV Dha 15 XXIII Dha 15
Keterangan: Angka Romawi menunjukkan nomor pupuh. Singkatan Asm,
Gam, dll., adalah nama pupuh Asmarandana, Gambuh, sedangkan
angka Arab menunjukkan jumlah bait.
98 BAHASA DAN SENI, Tahun 34, Nomor 1, Februari 2006
Meskipun Babat Banyumas (BtB) disalin berdasarkan Sejarah Wirasaba
(SW), tetapi ternyata terdapat perbedaan dalam jumlah bait pada empat pupuh,
yakni pupuh IV Kinanthi 33 (BtB), sedangkan 32 (SW); XI Dhandhanggula
13 (BtB) sedangkan 8 (SW); X Asmarandana 39 (BtB), sedangkan
35 (SW); XIV Maskumambang 15 (BtB), sedangkan 9 (SW); dan XV
Dhandhanggula 15 (BtB), sedangkan tidak ada satu bait pun (SW). Perbedaan
jumlah bait itu terjadi karena naskah yang disalin oleh Mulyareja terdapat
bagian naskah yang hilang atau rusak dan tidak terbaca. Namun, Mulyareja
masih melampirkan silsilah Wirasaba yang dimulai dari Raden
Katuhu (Adipati Wira Utama) sampai dengan Tumenggung Yudanagara
(Raden Gandakusuma).
Tampaknya bahwa penulis teks TSBB menunjukkan kreativitasnya. Hal
itu diperlihatkan dengan menggubah teks dalam bentuk tembang yang lain
daripada teks aslinya. Sesungguhnya kreativitas penulis sudah tampak pada
bagaimana ia mencoba menyusun sejarah pangiwa, memanjangkan kisah
hidup Raden Putra dan proses tampilnya Raden Kaduhu menjadi adipati
Wirasaba, menampilkan riwayat masa muda Mranggi Kejawar dan pendiri
Banyumas (Bagus Mangun). Agaknya sang penulis belum puas seandainya
ia hanya menyalin saja dari teks aslinya setelah disusunnya bagian teks yang
baru. Pupuh I Asmarandana, 12 bait berisi kisah singkat hubungan Majapahit
dengan Pajajaran yang diselingi beberapa orang adipati Wirasaba, termasuk
Katuhu, menjadi pupuh IX Pangkur (20 bait). Selebihnya, mulai pupuh II
hingga pupuh VII merupakan teks yang ditransformasikan dalam bentuk
tembang lain. Pupuh II Durma (31 bait) menjadi X Pucung (47), III Sin (26)
menjadi XI Mijil (26), IV Kinanthi (33) menjadi XII Sinom (18), V
Dhandhanggula (68) menjadi XIII Kinanthi (18), VI Sinom (34) menjadi
XIV Sinom (40), dan VII Mijil (22) menjadi XV Gambuh (17).
Mulai pupuh XVI hingga XXIII berisi teks yang sama dengan teks BtB,
kecuali pupuh XVIII. Pada teks BtB, pupuh X Asmarandana hanya berisi 35
bait, sedangkan pupuh XVIII ada 36 bait. Perbedaan satu bait tersebut
disebabkan oleh pengembangan bait 9 pupuh X menjadi bait 9-10 pupuh
XVIII. Dengan demikian, teks TSBB ikut melestarikan separo lebih teks SW
(Priyadi 2004).
Priyadi, Babad Banyumas dan Versi-versinya 99
KESIMPULAN
Ada tujuh versi baru Babad Banyumas, yakni (1) Jayawinata, (2)
Adimulya, (3) Panenggak Widodo-Nakim, (4) Oemarmadi dan Koesnadi, (5)
Kasman Soerawidjaja, (6) Keluarga Baru (Dipadiwiryan, Dipayudan
Banjarnegara, Cakrawedanan, Mertadiredjan, Gandasubratan, dan keluarga
Banjar-Gripit-Badakarya), dan (7) Sejarah Wirasaba. Selain itu, ada dua
versi lain, yaitu (1) Babad Banyumas Kalibening (berbahasa Jawa
Tengahan) dan (2) versi PRBN (berbahasa Jawa Kuna). Kedua versi terakhir
ini sangat penting untuk mengetahui jalur-jalur penulisan Babad Banyumas
karena keduanya merupakan teks yang tertua.
DAFTAR PUSTAKA
Atja & Danasasmita, S. 1981. Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (Naskah
Sunda Kuno Tahun 1518 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan
Permuseuman Jawa Barat.
Ayatrohaedi & Atja. 1991. Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara Parwa 2
Sargah 4. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Behrend, T.E. 1990. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara, Jilid 1.
Museum Sono Budoyo Yogyakarta. Jakarta: Djambatan.
Behrend, T.E. & Pudjiastuti, T. 1997. Katalog Induk Naskah-naskah
Nusantara, Jilid 3B. Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia-EFEO.
Behrend, T.E. 1998. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara, Jilid 4. Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-
EFEO.
Djamaris, E. 1977. Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi . Bahasa
dan Sastra. Tahun III. No.1.
Ekadjati, E.S. 1999. Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Masyarakat
Pernaskahan Nusantara-Yayasan Obor Indonesia.
Ekadjati, E.S. & Darsa, U.A. 1999. Katalog Induk Naskah-naskah
Nusantara, Jilid 5A. Jawa Barat, Koleksi Lima Lembaga. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia-EFEO.
Holle, K.F. 1877. Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten.
Buitenzorg: Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
100 BAHASA DAN SENI, Tahun 34, Nomor 1, Februari 2006
Kartosoedirdjo, A.M. 1941. Panembahan Lawet. Yogyakarta: Museum Sana
Budaya.
Kartosoedirdjo, A.M. 1967. Diktat Riwajat Purbalingga. Purbalingga: tanpa
penerbit.
Knebel, J. 1900. Babad Pasir, Volgens een Banjoemaasch Handschrift, met
vertaling VBG, deel LI: 1-155.
Knebel, J. 1901. Babad Banyumas, Volgens een Banjoemaasch Handschrift
beschreven TBG, deel XLIII: 397-443.
Padmapuspita, J. 1966. Pararaton, Teks Bahasa Kawi Terdjemahan Bahasa
Indonesia. Jogjakarta: Taman Siswa.
Pigeaud, Th. G. Th. 1932. Kangdjeng Pangeran Arja Adipati Danoeredja
VII Djawa, XXI: 34-40.
Pigeaud, Th. G. Th. 1967. Literature of Java. Volume I. The Hague: Martinus
Nijhoff.
Pigeaud, Th. G. Th. 1968. Literature of Java. Volume II. The Hague: Martinus
Nijhoff.
Priyadi, S. 1990. Tinjauan Awal tentang Serat Babad Banyumas sebagai
Sumber Sejarah Makalah disampaikan pada Seminar Sejarah Nasional
V. Semarang: Jarahnitra, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen
Pendidikan & Kebudayaan.
Priyadi, S. 1991. Babad Banyumas Kalibening Laporan Penelitian. Purwokerto:
IKIP Muhammadiyah Purwokerto.
Priyadi, S. 1992. Prabu Siliwangi dalam Historiografi Babad Laporan
Penelitian. Purwokerto: IKIP Muhammadiyah Purwowkerto.
Priyadi, S. 1993. Hubungan Sunda dengan Tradisi Penulisan Babad di
Daerah Banyumas Makalah Simposium Internasional Ilmu-ilmu Humaniora
II dalam rangka Purnabakti Prof. Dr. Darsiti Soeratman dan
Prof. Drs. M. Ramlan. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Gadjah
Mada.
Priyadi, S. 1995a. Tedhakan Serat Babad Banyumas: Suntingan Teks, Terjemahan,
dan Fungsi Genealogi dalam Kerangka Struktur Naratif Tesis
S-2 pada program Pascasarjana, Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Priyadi, S. 1995b. Sejarah Pangiwa dalam Tedhakan Serat Babad Banyumas
, Kebudayaan. No. 10. Th. V: 63-67. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Priyadi, Babad Banyumas dan Versi-versinya 101
Priyadi, S. 1995c. Tedhakan Serat Babad Banyumas: Suntingan Teks,
Terjemahan, dan Fungsi Genealogi dalam Kerangka Struktur Naratif
Berkala Penelitian Pasca Sarjana. Jilid 8, No.4A, November. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Priyadi, S. 1996. Teks Babad Pasir dalam Babad Banyumas Tradisi Naskah
Dipayudan. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Internasional
Ilmu-ilmu Humaniora IV. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas
Gadjah Mada.
Priyadi, S. 1997a. Sejarah Penulisan Babad Banyumas dalam Lembaran
Sastra, edisi khusus No. 23. Semarang: Fakultas Sastra, Universitas
Diponegoro.
Priyadi, S. 1997b. Babad Banyumas Versi Wirjaatmadjan: Fungsi dan
Intertekstual . Laporan Penelitian, Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Priyadi, S. 1998. Penelitian Terakhir Babad Banyumas . Makalah Simposium
Internasional Ilmu-ilmu Humaniora IV dalam rangka Purnabakti
Prof. Dr. Umar Kayam dan Prof. Dr. Djoko Soekiman. Yogyakarta: Fakultas
Sastra, Universitas Gadjah Mada.
Priyadi, S. 1999a. Aspek-aspek Budaya Banyumasan . Laporan Penelitian.
Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Priyadi, S. 1999b. Banyumas: antara Legenda dan Sejarah . Kajian Sastra.
No. 26/XXIII. Semarang: Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro.
Priyadi, S. 1999c. Babad Banyumas dalam Teks Pustaka Rajya-rajya i
Bhumi Nusantara . Kajian Sastra. No. 27+28/XXIII. Semarang:
Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro.
Priyadi, S. 2003. Babad Banyumas: Hubungan Banyumas dengan Majapahit
, Prasasti, Volume 51, Th. XIII, November. Surabaya: Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Surabaya.
Priyadi, S. 2004. Transformasi Teks Babat Banyumas (BR. 58) . Diksi,
Vol. 11, No.1, Januari. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Soedarmadji, 1996. Sarasilah Turun Banjar Gripit Badakarya, Wilayah
Pembantu Bupati Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. Purwokerto:
Lembaga Studi Banyumas.
Sutaarga, M.A. 1984. Prabu Siliwangi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Uhlenbeck, E.M. 1964. A Critical Survey of Studies on Languages of Java
and Madura. s-Gravenhage: Martinus Nijhiff.
102 BAHASA DAN SENI, Tahun 34, Nomor 1, Februari 2006
Werdoyo, T. 1990. Tan Jing Sing dari Kapiten Cina sampai Bupati Yogyakarta.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
_The End_